Pendahuluan: Pentingnya ‘Dua Perkumpulannya’ Tiongkok
Setiap tahun, lanskap politik Tiongkok dibentuk oleh “Dua Perkumpulannya” (两会, Lianghui) yang sangat dinanti — serangkaian pertemuan penting yang mencakup Kongres Rakyat Nasional (NPC) dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok (CPPCC). Acara-acara ini sangat penting untuk memahami prioritas politik dan arah ekonomi Tiongkok. Selama Dua Perkumpulannya, para pemimpin Tiongkok membahas keadaan ekonomi, mengusulkan reformasi, dan merencanakan strategi masa depan yang membentuk perkembangan negara untuk tahun-tahun mendatang.
Pada tahun 2025, Dua Perkumpulannya telah memberikan wawasan tentang arah masa depan ekonomi Tiongkok, saat negara tersebut menghadapi tantangan seperti pertumbuhan yang melambat, meningkatnya tingkat utang, dan ketegangan geopolitik global. Diskusi tahun ini telah menyoroti kebijakan-kebijakan kunci, termasuk pemulihan ekonomi domestik, inovasi teknologi, dan sikap pemerintah terhadap perdagangan global.
Inti Poin dari Dua Perkumpulannya Terkait Ekonomi Tiongkok
1. Fokus pada Stabilisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu tema paling penting yang muncul dari Dua Perkumpulannya adalah fokus pemerintah Tiongkok untuk menstabilkan dan merangsang ekonominya. Setelah periode pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat akibat faktor-faktor seperti pandemi COVID-19, gangguan rantai pasokan global, dan penurunan sektor properti, kepemimpinan Tiongkok mengakui perlunya stabilisasi.
Perdana Menteri Li Keqiang, dalam pidatonya, menekankan pentingnya mendorong pemulihan ekonomi melalui kebijakan fiskal yang tepat sasaran dan peningkatan investasi dalam infrastruktur. Selain itu, ia mengusulkan dukungan berkelanjutan untuk usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mendorong penciptaan lapangan kerja dan inovasi. Dengan negara yang menargetkan pertumbuhan moderat di tahun 2025, upaya-upaya ini menegaskan tekad pemerintah untuk mengelola pendaratan lembut bagi ekonominya dan menangani tantangan domestik serta tekanan eksternal.
2. Peningkatan Investasi dalam Teknologi dan Inovasi
Sebagai bagian dari strategi jangka panjangnya, Tiongkok telah berkomitmen untuk mendorong inovasi teknologi guna mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan meningkatkan daya saingnya. Di Dua Perkumpulannya, Presiden Xi Jinping menegaskan kembali ambisi Tiongkok untuk menjadi pemimpin global di industri-industri berteknologi tinggi seperti kecerdasan buatan (AI), semi konduktor, dan teknologi hijau.
Pemerintah Tiongkok telah berjanji untuk meningkatkan pendanaan bagi penelitian dan pengembangan (RnD), khususnya dalam teknologi yang sedang berkembang. Investasi ini akan sangat penting untuk mendukung tujuan negara dalam menjadi lebih mandiri dalam teknologi, khususnya mengingat ketegangan yang sedang berlangsung dengan AS dan negara-negara Barat lainnya terkait masalah seperti perdagangan dan hak kekayaan intelektual.
Transisi Ekonomi Menuju Pertumbuhan Hijau
Aspek kunci lainnya dari diskusi selama Dua Perkumpulannya adalah pergeseran Tiongkok menuju ekonomi yang hijau dan berkelanjutan. Tiongkok telah membuat kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir dalam hal kapasitas energi terbarukan dan komitmennya untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Di Dua Perkumpulannya, para pejabat menyoroti bahwa Tiongkok berencana untuk terus melakukan transisi ekonominya agar lebih ramah lingkungan.
Ada penekanan yang kuat pada kemajuan teknologi energi bersih, seperti tenaga surya, angin, dan hidrogen, bersama dengan komitmen untuk mengurangi emisi karbon. Arah ini tidak hanya penting untuk mengatasi perubahan iklim tetapi juga untuk memposisikan China sebagai pemimpin dalam ekonomi hijau global. Selain itu, investasi dalam teknologi hijau dapat menciptakan industri baru dan peluang kerja, yang akan sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Menangani Sektor Properti dan Tantangan Utang
Sektor properti China, yang dulunya menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi negara, telah menghadapi tantangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kebangkrutan pengembang real estat besar seperti Evergrande telah menyebabkan gelombang ketidakstabilan finansial dan ketidakpastian, yang berdampak pada ekonomi yang lebih luas. Selama Dua Sesi, para pejabat mengakui perlunya menangani risiko yang terus berlanjut di pasar real estat, terutama terkait dengan tingginya level utang korporasi dan proyek perumahan yang belum selesai.
Pemerintah menggariskan langkah-langkah yang bertujuan untuk menstabilkan sektor ini, termasuk melonggarkan pembatasan pada pembiayaan real estat dan memperkenalkan kebijakan untuk mendukung pembeli properti. Namun, para pemimpin China juga menekankan bahwa mereka tidak berniat untuk kembali ke siklus boom-and-bust di masa lalu, menunjukkan pendekatan yang lebih terukur untuk sektor properti ke depan.
Sikap China terhadap Perdagangan Global dan Hubungan Geopolitik
Dua Sesi juga mengungkapkan pendekatan China terhadap perdagangan global dan hubungan geopolitik, terutama karena ketegangan dengan negara-negara Barat terus meningkat. Sementara China tetap berkomitmen untuk memperluas kemitraan perdagangan dan membuka diri terhadap pasar global, pemerintah juga fokus pada pengembangan rantai pasokan yang lebih tahan dan terdiversifikasi. Ini termasuk mengurangi ketergantungan pada impor asing, terutama di area kritis seperti semikonduktor, teknologi, dan energi.
Presiden Xi Jinping menyoroti pentingnya mempertahankan strategi “sirkulasi ganda”, yang menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi domestik dengan perdagangan internasional. Dalam kerangka ini, China bertujuan untuk memanfaatkan pasar domestiknya yang luas untuk mengurangi eksposurnya terhadap guncangan eksternal sambil mempertahankan kehadiran yang kuat dalam perdagangan global.
Selain itu, kebijakan luar negeri China tetap erat terkait dengan kepentingan ekonominya. Ada indikasi bahwa China akan terus mendorong untuk adanya tatanan perdagangan global yang lebih adil, yang mencerminkan kebangkitan negara sebagai kekuatan ekonomi utama.
Kesimpulan: Melihat Masa Depan Ekonomi China
Wawasan yang diperoleh dari Dua Sesi China pada tahun 2025 mengungkapkan sebuah negara yang berada di tengah transisi ekonomi, saat menghadapi tantangan baik di dalam maupun di luar negeri. Fokus pada inovasi teknologi, pertumbuhan hijau, dan penstabilan sektor properti menunjukkan keinginan yang kuat untuk modernisasi dan keberlanjutan, tetapi juga menyoroti kesulitan yang dihadapi China ketika berupaya mempertahankan pertumbuhan yang stabil di tengah tekanan eksternal.
Meskipun komitmen pemerintah China terhadap pemulihan dan pembangunan ekonomi jelas, pasti akan ada rintangan di depan. Ketidakpastian ekonomi global, ketegangan geopolitik, dan tantangan yang terus berlanjut terkait utang dan ketidakstabilan perumahan akan terus membentuk lanskap ekonomi masa depan China.
Namun, dengan penekanan pada inovasi, keberlanjutan, dan adaptasi strategis, Tiongkok sedang memposisikan dirinya untuk tetap menjadi pemain utama dalam ekonomi global. Saat negara ini beradaptasi dengan dunia yang terus berubah, perkembangan yang muncul dari Dua Sesi memberikan petunjuk penting tentang arah ekonomi masa depannya.